Pendidikan Karakter
Ada sebagian kecil kalangan
berpandangan bahwa Pemerintah kurang serius dalam membenahi sektor pendidikan.
Sesuatu yang debatable karena dari berbagai sudut pandang dan dimensi,
pemerintah sangat berkomitmen untuk meningkatkan taraf pendidikan. Mulai dari 20%
anggaran khusus untuk pendidikan,
pembangunan bangunan sekolah-sekolah yang rusak, peningkatan taraf hidup
dan kualitas guru dan lain-lain.
Pendidikan adalah elemen penting dalam
pembangunan bangsa karena melalui pendidikan, dasar pembangunan karakter
manusia dimulai. Yang masih hangat dalam pikiran penulis, yang terlahir di era
70-an, di sekolah dasar kita dibekali pendidikan karakter bangsa seperti PMP dan PSPB sampai akhirnya diberikan bekal
lanjutan model Penataran P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila).
Pendidikan karakter merupakan salah satu hal penting untuk membangun dan
mempertahankan jati diri bangsa. Sayang, pendidikan karakter di Indonesia
perlu diberi perhatian lebih khusus karena selama ini baru menyentuh pada
tingkatan pengenalan norma atau nilai-nilai. Pendidikan karakter yang dilakukan
belum sampai pada tingkatan interalisasi dan tindakan nyata dalam kehidupan
sehari-hari.
Pendidikan di Indonesia saat ini
cenderung lebih mengedepankan penguasaan aspek keilmuan dan kecerdasan, namun mengabaikan pendidikan
karakter. Pengetahuan tentang kaidah moral yang didapatkan dalam pendidikan
moral atau etika di sekolah-sekolah saat ini semakin ditinggalkan. Sebagian
orang mulai tidak memperhatikan lagi bahwa pendidikan tersebut berdampak pada
perilaku seseorang. Padahal pendidikan diharapkan mampu menghadirkan generasi
yang berkarakter kuat, karena manusia sesungguhnya dapat dididik , dan harus
sejak dini. Meski manusia memiliki karakter bawaan, tidak berarti karakter itu
tak dapat diubah. Perubahan karakter mengandaikan suatu perjuangan yang berat,
suatu latihan yang terus-menerus untuk menghidupi nilai-nilai yang baik dan
tidak terlepas dari faktor lingkungan sekitar. Era keterbukaan informasi akibat
globalisasi mempunyai faktor-faktor negatif antara lain mulai lunturnya
nilai-nilai kebangsaan yang dianggap
sempit seperti patriotisme dan nasionalisme yangdianggap tidak cocok dengan
nilai-nilai globalisasi dan universalisasi.
Kekhawatiran terhadap pembangunan
karakter bangsa yang dimulai dari pendidikan usia dini menjadi perhatian khusus
dari Presiden SBY. Dalam beberapa kesempatan Sidang Kabinet, Presiden dan Wakil
Presiden mendiskusikan hal-hal yang menjadi perhatian masyarakat dalam
berkehidupan berbangsa dan bernegara, antara lain masih adanya isu dan
tantangan sosial yang seharusnya dapat dipecahkan atas hasil kontribusi sektor
pendidikan. Sebagai contoh, meskipun bangsa ini telah memiliki falsafah
Pancasila dan ajaran agama, tetapi masih banyak terjadi aksi kekerasan antar komunal
atau antar umat beragama.
Presiden dalam kunjungannya ke
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, saat memberikan arahan dalam Sidang
Kabinet Terbatas tanggal 31 Agustus 2012 yang membahas Program Strategis
Pemerintah di bidang Pendidikan berharap perlu ada kontribusi yang dapat
disumbangkan oleh sektor pendidikan untuk memperkuat toleransi, baik nilai
sikap mental dan perilaku bagi bangsa yang majemuk untuk lebih baik lagi. Sikap
toleransi harus dibangun, diajarkan, dan diperkuat kepada anak didik hingga
tingkat wajib belajar 9 atau 12 tahun, sehingga diharapkan dapat membuahkan
sesuatu yang baik. Wajib belajar 9 tahun dapat dikatakan sebagai formative
years, yaitu waktu untuk membentuk karakter, nilai, sikap, dan perilaku bagi
perjalan kehidupan manusia. Jika pemerintah dapat mengajarkan sikap toleransi
dengan metodologi yang tepat, maka hal ini akan melekat lama.
Tidak hanya dalam kesempatan di Sidang
Kabinet, dalam beberapa acara antara lain National Summit dan Peringatan Hari Ibu, Presiden SBY menekankan
pentingnya nation character building . Kutipan pernyataan Presiden SBY adalah
sebagai berikut: “Dalam era globalisasi,
demokrasi, dan modernisasi dewasa ini, watak bangsa yang unggul dan mulia
adalah menjadi kewajiban kita semua untuk membangun dan mengembangkannya. Character building penting, sama dengan
national development yang harus terus menerus dilakukan. Marilah kita berjiwa
terang, berpikir positif, dan bersikap optimistis. Dengan sikap seperti itu, seberat
apapun persoalan yang dihadapi bangsa kita, insya Allah akan selalu ada jalan,
dan kita akan bisa terus meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia”.